Selasa, 04 Agustus 2015

Ini kata calon wawali Surabaya yang mendadak mundur di hari terakhir



Kehidupan - Sejak menghilang dari Kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Surabaya , Jawa Timur, Jalan Adityawarman Senin sore lalu (3/8), Haries Purwoko akhirnya muncul. Dia menjawab semua teka-teki mundurnya dari bakal calon wakil wali kota mendampingi Dhimam Abror di Pilwalkot Surabaya.

Karena alasan menghindari fitnah, Haries memutuskan pergi secara tiba-tiba saat pihak KPUD menerima pendaftarannya sebagai pasangan yang akan bertarung melawan incumbent Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana di Pilwali Surabaya 2015. Waktu itu, pasangan Abror-Haries (Rois) datang ke Kantor KPU Surabaya, hari Senin menjelang batas akhir pendaftaran, yaitu pukul 16.00 WIB. Saat itu, Haries mengaku masih mantap mendampingi Abror untuk melawan Risma-Whisnu, yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Namun, ada pihak yang menuduhnya sebagai calon boneka bagi pasangan Risma-Whisnu. Situasi di dalam Kantor KPU-pun berubah. "Di ruang lobi, kami bertemu mas Wisnu Sakti dan mas Awi (Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDIP Surabaya Adi Sutarwijono). Tidak ada masalah ketika saling sambut dan cipika cipiki, kami selama ini bersahabat," terang Haries, Rabu (5/8).
Saat menaiki tangga lantai dua menuju lantai tiga Kantor KPU Surabaya untuk melakukan proses pendaftaran, Haries mengaku mendengar teriakan bernada sumbang dari beberapa orang yang tanpa basa basi menuduhnya sebagai boneka. "Nah ini bonekanya sudah datang," kata Haries menirukan suara 'sumbang' dari seseorang itu.

Mendengar itu, Haries tersinggung dan menyadari apa yang pernah disampaikan keluarganya sebelum memutuskan ikut mendaftar. "Spontan saya sadar dan ingat pesan ibu jika mendaftar sekarang pasti rawan fitnah, karena di masyarakat sudah beredar bakal calon boneka memenangkan incumbent. Ternyata benar. Karena itu saya memutuskan tidak meneruskan pendaftaran sesuai pesan ibu. Ini prinsip bagi saya, karena masalah kehormatan," ucapnya.
Kata Haries, sebenarnya keluarganya sudah melarang untuk menyalonkan diri pada Pilkada 2015 ini. Sebab, situasinya rawan memunculkan tudingan tidak baik, seperti menjadi boneka. "Tudingan jadi boneka itu tidak enak. Orangtau saya tidak ingin saya dituding menjadi boneka. Sebab, konotasinya bisa diatur, pasti mengalah dan 'dibeli'," kata dia.
Padahal, Haries mengaku seluruh proses penyalonannya menjadi bakal cawawali Kota Surabaya bersama Dhimam Abror berjalan alamiah. "Saya menerima amanah dari Parpol dan elemen masyarakat. Karena itu saya serius mendaftar dan ingin menjadi bagian dari proses demokrasi di Kota Surabaya. Namun, perkembangan terakhir di kantor KPU yang menyadarkan saya untuk menghindari fitnah," katanya.

Soal fitnah menjadi pertimbangan utama Haries karena keputusannya maju mendampingi Dhimam Abror tidak ingin diciderai hal yang tidak dilakukannya. "Mohon dipahami, keputusan ini juga menjadi bagian hak pribadi untuk membuktikan saya bukan boneka. Apalagi, tudingan dan fitnah menjadi boneka itu sudah mencul beberapa hari sebelum saya mendaftar, bahkan dengan menyebut angka puluhan miliar rupiah sebagai mahar," ucapnya.
Sadar sudah memutuskan sesuatu yang penting, Haris langsung mendatangi Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur, Soekarwo untuk meminta maaf atas keputusannya. Permintaan maaf juga akan dilakukannya pada Ketua DPD Partai PAN Jawa Timur dan seluruh elemen masyarakat yang mendukungnya.
"Sekeluar dari Kantor KPU Kota Surabaya, saya langsung menghadap Pakde Karwo (Soekarwo) untuk meminta maaf dan menjelaskan keputusan batal mendaftar. Hal yang sama akan saya lakukan pada Ketua DPD Partai PAN Jatim dan seluruh tim pendukung. Tidak ada yang perlu dipersalahkan dan saya yakin masyarakat akan memahami keputusan saya," ujarnya.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar